Halaman

Kamis, 23 Agustus 2012

Liburan ke Kebon Binatang Surabaya

DESTINASI yang masih menjadi favorit untuk dikunjungi Rakyat Kecil di Surabaya ini adalah Kebon Binatang Surabaya. Lebih-lebih pada masa liburan Lebaran ini. Dengan harga tiket yang 15 ribu rupiah per orang (16 ribu rupiah kalau membeli lewat calo yang banyak sekali berkeliaran), sepertinya uang segitu masih bisa dijangkau oleh kantong Rakyat Kecil.

Membludaknya Rakyat Kecil mengunjungi KBS ini, menandakan wong cilik tidak peduli akan gonjang-ganjing yang menimpa pengelola KBS. Tetapi, menurut penilaian Rakyat Kecil yang terakhir kali mengunjungi KBS beberapa tahun lalu, kondisi KBS sekrang ini tidak jauh beda. Malah terkesan koleksi satwanya terlihat berkurang. Belum lagi sampah yang teronggok disana-sini, menandakan ia kurang ditangani secara serius.

Sekalipun begitu, terlihat banyak sekali pengunjung (sebagian besar datang berombongan/sekeluarga) yang menggelar tikar di sana-sini sambil membuka bekal makanan dari rumah. Ini bisa dimaklumi. Dengan membawa bekal makanan sendiri dari rumah, menjadikan kunjungan ke Bonbin ini lebih bersahabat dengan isi dompet. Karena, harga makanan dan minuman di dalam lokasi KBS luar biasa mahal dan kurang sesuai dengan daya beli Rakyat Kecil.

Makan bersama beralas tikar diantara lalu-lalang orang dan sesekali aroma kandang satwa yang mengirim aroma kotorannya, kalau tak dirasa adalah bukan pengganggu serius yang bisa membatalkan nafsu makan. Karena, dikampung Rakyat Kecil terbiasa makan berteman aroma pesing kotoran sapi atau kambing, karena seringkali dapur hanya berbatas anyaman bambu dengan kandang sapi atau kambing itu.

Tetapi, setelah acara-makan makan itu yang harus tidak membuang sampah seenaknya. Agar suasana Bonbin yang kurang bersih ini tidak makin kumuh.

Berkunjung ke tempat wisata murah-meriah itu bisa jadi mampu mengurangi tingkat stres Rakyat Kecil yang beban hidupnya makin hari makin tidak ringan. Tetapi, disisi lain, dengan membludaknya pengunjung KBS, bukan tidak mungkin malah bikin stress para satwa penghuninya. Belum lagi suara sound sistem musik dangdut yang memekakkan telinga. Atau suara pengeras suara dari stan-stan aneka produk yang memajang para SPG yang ayu-ayu itu.

Rakyat Kecil menduga, di habitat aslinya, para satwa itu tinggalnya di hutan belantara yang asri, dengan suara yang ada adalah dari teman sejawat para penghuni hutan. Maka, ketika di KBS ini telinga satwa-atwa itu dipaksa mendengarkan suara sound sistem dangdutan, tentu itu bukan pada tempatnya.

Beberapa waktu lalu, ada jerapah yang mati, gajah yang tewas atau komodo yang raib. Banyak yang perlu diselidiki tentang apa penyebab keatian-kematian mereka. Satu yang Rakyat Kecil ingat, ketika seekor kuda nil mati, esoknya muncul berita di koran dengan keterangan; Gara-gara stress telat kawin, kuda nil mati. (ini tentu tidak menyindir mereka-mereka yang telat kawin. Ini khusus kuda nil)

Dengan membayar 15 ribu rupiah, Rakyat Kecil bisa seharian melihat-lihat koleksi KBS sepuasnya. Tetapi kalau keluar, selain disambut para penjual makanan atau mainan anak-anak yang dengan lihai menawarkan dagangannya, Rakyat Kecil harus membayar parkir motor dengan harga yang lumayan mahal; 3000 rupiah. Ini terasa sangat mahal, karena pada karcis parkirnya hanya tertera harga 500 rupiah!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar