DESTINASI yang masih menjadi
favorit untuk dikunjungi Rakyat Kecil di Surabaya ini adalah
Kebon Binatang Surabaya. Lebih-lebih pada masa liburan Lebaran ini.
Dengan harga tiket yang 15 ribu rupiah per orang (16 ribu rupiah
kalau membeli lewat calo yang banyak sekali berkeliaran), sepertinya
uang segitu masih bisa dijangkau oleh kantong Rakyat Kecil.
Membludaknya Rakyat Kecil
mengunjungi KBS ini, menandakan wong cilik tidak peduli akan
gonjang-ganjing yang menimpa pengelola KBS. Tetapi, menurut penilaian
Rakyat Kecil yang terakhir kali mengunjungi KBS beberapa
tahun lalu, kondisi KBS sekrang ini tidak jauh beda. Malah terkesan
koleksi satwanya terlihat berkurang. Belum lagi sampah yang teronggok
disana-sini, menandakan ia kurang ditangani secara serius.
Sekalipun begitu, terlihat banyak
sekali pengunjung (sebagian besar datang berombongan/sekeluarga) yang
menggelar tikar di sana-sini sambil membuka bekal makanan dari rumah.
Ini bisa dimaklumi. Dengan membawa bekal makanan sendiri dari rumah,
menjadikan kunjungan ke Bonbin ini lebih bersahabat dengan isi
dompet. Karena, harga makanan dan minuman di dalam lokasi KBS luar
biasa mahal dan kurang sesuai dengan daya beli Rakyat Kecil.
Makan bersama beralas tikar diantara
lalu-lalang orang dan sesekali aroma kandang satwa yang mengirim
aroma kotorannya, kalau tak dirasa adalah bukan pengganggu serius
yang bisa membatalkan nafsu makan. Karena, dikampung Rakyat Kecil
terbiasa makan berteman aroma pesing kotoran sapi atau kambing,
karena seringkali dapur hanya berbatas anyaman bambu dengan kandang
sapi atau kambing itu.
Tetapi, setelah acara-makan makan itu
yang harus tidak membuang sampah seenaknya. Agar suasana Bonbin yang
kurang bersih ini tidak makin kumuh.
Berkunjung ke tempat wisata
murah-meriah itu bisa jadi mampu mengurangi tingkat stres Rakyat
Kecil yang beban hidupnya makin hari makin tidak ringan.
Tetapi, disisi lain, dengan membludaknya pengunjung KBS, bukan tidak
mungkin malah bikin stress para satwa penghuninya. Belum lagi suara
sound sistem musik dangdut yang memekakkan telinga. Atau suara
pengeras suara dari stan-stan aneka produk yang memajang para SPG
yang ayu-ayu itu.
Rakyat Kecil menduga, di habitat
aslinya, para satwa itu tinggalnya di hutan belantara yang asri,
dengan suara yang ada adalah dari teman sejawat para penghuni hutan.
Maka, ketika di KBS ini telinga satwa-atwa itu dipaksa mendengarkan
suara sound sistem dangdutan, tentu itu bukan pada tempatnya.
Beberapa waktu lalu, ada jerapah yang
mati, gajah yang tewas atau komodo yang raib. Banyak yang perlu
diselidiki tentang apa penyebab keatian-kematian mereka. Satu yang
Rakyat Kecil ingat, ketika seekor kuda nil mati, esoknya
muncul berita di koran dengan keterangan; Gara-gara stress telat
kawin, kuda nil mati. (ini tentu tidak menyindir mereka-mereka yang
telat kawin. Ini khusus kuda nil)
Dengan membayar 15 ribu rupiah, Rakyat
Kecil bisa seharian melihat-lihat koleksi KBS sepuasnya. Tetapi
kalau keluar, selain disambut para penjual makanan atau mainan
anak-anak yang dengan lihai menawarkan dagangannya, Rakyat Kecil
harus membayar parkir motor dengan harga yang lumayan mahal; 3000
rupiah. Ini terasa sangat mahal, karena pada karcis parkirnya hanya
tertera harga 500 rupiah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar